Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran
| CGP_Juraidah, S.Pd.SD |
Pernahkah Kita sebagai pendidik terbersit tanya “Berapa banyak keputusan yang sudah kita ambil selama menjadi guru?” “Apakah keputusan itu sudah tepat? ”atau “Apakah dampak keputusan itu?”. Pertanyaan-pertanyaan yang terkesan remeh tersebut sesungguhnya penting untuk kita pertanyakan pada diri kita sebagai pemimpin pembelajaran karena kemampuan guru dalam mengambil keputusan yang tepat adalah sesuatu yang perlu dilatih terus menerus. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi guru dalam pengambilan keputusan terkait perannya sebagai pemimpin pembelajaran. Serangkaian materi yang diberikan dalam pendidikan guru penggerak ini memiliki hubungan satu dengan yang lain sehingga penting bagi CGP untuk memahami keterkaitan materi tersebut.
Terdapat tiga unsur penting dalam
Patrap Triloka, yaitu Ing ngarsa sung tulada, Ing madya mangun karsa, dan Tut
wuri handayani. Ing ngarso sung tulodo, berarti bahwa seorang
pemimpin (guru) haruslah memberikan sauri tauladan yang baik bagi orang yang
dipimpinnya. Ing madya mangun karsa artinya guru (pemimpin) harus
bisa bekerja sama dengan orang yang didiknya (murid). Dengan menerapkan ing
madya mangun karsa, guru diharapkan mampu menjadi rekan sekaligus sebagai
pengganti orang tua murid, sehingga guru mampu mengetahui kebutuhan belajar
murid. Salah satu kebutuhan belajar murid adalah keterampilan mengambil
keputusan. Karena itu dengan ing madya mangun karsa guru dapat
melakukan coaching terhadap para muridnya dalam mengambil
keputusan termasuk keputusan yang mengandung unsur dilema etika yang dihadapi
para murid. Dengan demikian potensi murid menjadi lebih berkembang sehingga
mampu mengambil keputusan-keputusan yang tepat bagi dirinya. Tut wuri
handayani yaitu memberi kesempatan kepada siswa untuk maju dan
berkembang. Memberikan ilmu-ilmu dan bekal-bekal yang akan menambah wawasan dan
kepintaran murid. Inilah fungsi seorang guru sebagai coach dan
motivator, ia mampu mendorong murid untuk terus berkembang dan maju serta mampu
mengambil keputusan-keputusan yang tepat untuk mengembangkan potensi yang
dimilikinya.
Nilai
– nilai yang terkandung dalam pribadi guru tersebut tentu akan mempengaruhi cara
berpikir dan bertindak, tak terlepas ketika guru terlibat dalam pengambilan
keputusan. Nilai dalam diri tersebut akan menuntun guru dalam mempertimbangkan
sebuah keputusan, baik ketika guru dihadapkan pada dua pilihan yang sama – sama
benar (dilema etika) atau ketika guru dihadapkan antara pilihan yang benar atau
salah (bujukan moral) maka nilai – nilai yang ada pada diri guru akan menjadi
keyakinan dan kepercayaan diri seorang guru dalam pengambilan keputusan yang
bertanggung jawab. Oleh sebab itu nilai – nilai positif wajib dimiliki seorang
guru agar keputusan yang diambil dapat memberikan dampak yang positif pula bagi
orang lain. Pembahasan studi
kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang
dianut seorang pendidik tentu menjadi pertanda bahwa besarnya pengaruh dari
nilai yang ada pada diri seorang guru dalam pengambilan keputusan. Misal, jika
seorang guru meyakini bahwa murid adalah anak kecil yang belum bisa mengambil
keputusan untuk dirinya maka guru akan bersikap menyalahkan atas apa yang
dilakukan murid atau mendokrin murid untuk melakukan apa yang telah diputuskan
guru. Namun jika guru meyakini bahwa murid juga memiliki hak dan mampu untuk
mengambil keputusan maka guru akan menuntun murid tersebut menemukan potensi
dirinya dan menjadikan dirinya percaya akan keputusan yang diambil.
Coaching
merupakan kegiatan menuntun coachee menemukan sendiri solusi atas
permasalahannya dan mengambil keputusan dari beberapa potensi solusi yang
dimiliki. Jika dikaitkan dengan pengambilan keputusan yang efektif, tentu saja
coaching dengan alur TIRTA dapat membuat sesorang terlatih mengenali potensi
diri sehingga lebih percaya diri untuk menjalankan apa yang telah diputuskannya.
Selain itu tentu saja kemampuan guru mengelola dan menyadari aspek sosial
emosionalnya sangat berpengaruh pada saat pengambilan keputusan. Tak jarang
keputusan yang salah diambil karena keadaan emosi yang tidak stabil, jadi
penting bagi guru untuk menerapkan kesadaran penuh atau mindfullnes agar saat
pengambilan keputusan tidak didominasi emosional diri semata.
Keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya
lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Hal ini dikarenakan setiap
orang menjadi dihargai haknya dan adanya keyakinan diri untuk melakukan seperti
apa yang diyakininya. Sekecil apa pun sebuah keputusan akan memberi dampak yang
besar pada terbentuknya disiplin positif pada suatu lingkungan, termasuk
lingkungan sekolah. Dengan menerapkan paradigma pengambilan keputusan, prinsip
berpikir dalam pengambilan keputusan, dan 9 langkah yang dilalui dalam
pengambilan dan pengujian keputusan diharapkan keputusan yang diambil adalah
tepat.
Kesulitan yang dihadapi untuk menjalankan pengambilan keputusan
terkait dilema etika yang ada pada lingkungan saya tak terlepas dari masalah perubahan
paradigma cara pandang guru terhadap murid. Sudah menjadi pandangan umum bahwa
murid hanya “objek” dari keputusan guru,
sehingga kesulitan mengubah cara pandang ini bukan hanya pada guru tetapi pada
murid pula yang terbiasa dengan budaya demikian. Menggeser sebuah paradigma
bukanlah hal yang mudah dan diperlukan waktu namun tentu tidak ada yang
mustahil, karena sekecil apa pun tindakan jika dilakukan terus menerus akan
menciptakan perubahan.
Guru sebagai pemimpin pembelajaran di kelasnya akan sering
dihadapkan dengan berbagai dilema etika, hal ini dikarenakan karakteristik
murid perlu menjadi pertimbangan bagi guru dalam mengelola pembelajaran di
kelasnya. Guru yang memahami karakteristik
dan potensi muridnya akan mengambil keputusan yang dapat memerdekakan muridnya.
Merdeka disini berarti memberi ruang bagi murid dapat belajar melatih diri
mengambil keputusan untuk mengembangkan segala potensi dirinya dengan rasa percaya
diri dan tanggung jawab. Untuk mecapai hal tersebut, dalam pembelajaran tentu
guru harus memiliki keputusan yang tepat terkait pemilihan sumber belajar, metode
ajar, media pembelajaran, dan evaluasi atau penilaian. Pemilihan yang tepat
terkait hal tersebut akan menjebatani murid merdeka belajar.
Setiap keputusan yang diambil guru dalam pembelajarannya akan
memengaruhi kehidupan atau masa depan murid - muridnya. Guru dengan keputusan
yang memerdekakan muridnya akan melahirkan murid – murid dengan karakter yang
berahlak mulia karena terbiasa dihargai, percaya diri, kreatif, inovatif,
bertanggung jawab, dan cakap mengahadapi permasalahan hidupnya. Namun hal yang
sebaliknya akan terjadi jika guru salah dalam pengambilan keputusan.
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembelajaran modul ini adalah
bahwa guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu mengambil keputusan yang
tepat. Kemampuan guru dalam mengambil sebuah keputusan terkait perannya sebagai
pemimpin pembelajaran dipengaruhi oleh nilai dalam dirinya sendiri dan konsep –
konsep dalam keilmuan yang harus dilatih terus menerus. Pengambilan keputusan
guru sebagai pemimpin pembelajaran juga terkait erat bagaimana guru meneladani
cara pandang KHD terhadap murid dimana guru diumpakan sebagai petani dan murid
adalah bibitnya sehingga guru berkewajiban memastikan lingkungan yang baik
untuk murid berkembang sesuai kodratnya, nilai–nilai guru penggerak yang
menjadi jati diri seorang guru dalam melaksanakan perannya, pembelajaran
berdiferensiasi yang memperhatikan setiap karakteristik murid dalam menentukan
sumber, metode, media, dan evaluasi belajar, serta pendidikan sosial emosional yang melatih
diri guru dan murid untuk bisa mengendalikan diri dan berkesadaran penuh dalam
melakukan setiap tindakan. Pada akhirnya setiap keputusan yang diambil guru
akan menuntun murid berkembang, keputusan yang tepat dari guru sebagai pemimpin
pembelajaran akan mengantarkan murid menjadi murid dengan profil pelajar
Pancasila.
Komentar
Posting Komentar