Juraidah,S.Pd.SD
CGP ANGKATAN 3_SDN 05 DELTA PAWAN KABUPATEN KETAPANG

Program Rantai Literasi” : Program Peningkatkan Keterampilan berpikir Kritis dan Merdeka Belajar Murid SDN 05 Delta Pawan Kabupaten Ketapang.

A. PERISTIWA (FACT)

Pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan meluncurkan Gerakan Literasi Nasional (GLN). GLN merupakan bagian dari implementasi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Gerakan ini dilatarbelakangi oleh hasil-hasil survei tentang keberliterasian dan indeks pembangunan manusia (IPM) di Indonesia yang tidak memuaskan. Perlu upaya lebih serius agar generasi muda Indonesia siap berperan aktif dalam kancah pergaulan global abad ke-21 di berbagai bidang demi kemajuan bangsa dan negara. Survei lain tentang literasi yang dilakukan Central Connecticut State University pada tahun 2016 juga menempatkan Indonesia dalam posisi cukup memprihatinkan, yaitu urutan ke-60 dari 61 negara. Hasil survei Progamme for International Student Assessment (PISA) 2015 juga tak jauh berbeda. Indonesia berada di urutan ke-64 dari 72 negara. Melengkapi beberapa survei di atas, Asesmen Kompetensi Siswa Indonesia (AKSI)/Indonesia National Assessment Programme (INAP) yang mengukur kemampuan membaca, matematika, dan sains bagi anak sekolah dasar juga menghasilkan kesimpulan yang menunjukkan bahwa kemampuan anak-anak Indonesia sangat lemah. Sekolah tentu saja memiliki kewajiban dalam mensukseskan Gerakan Literasi Nasional (GLN), salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah melalui program sekolah yang terintegrasi langsung dalam kegiatan pembelajaran di kelas.

Program “Rantai Literasi” merupakan bagian dari program intrakurikuler dan kokurikuler dengan tujuan dapat meningkatkan kemampuan literasi murid sehingga berdampak pada kemampuan berpikir kritis dan terpenuhinya kemerdekaan dalam belajar karena kegiatan dirancang sesuai profil atau gaya belajar murid. Berpikir kritis merupakan salah satu kompetensi abad 21 atau disebut dengan istilah 4C (Critical Thinking, Communication, Collaboration dan Creativity and Inovation) yang wajib dimiliki sumber daya manusia demi menyonsong masa depan. Berpikir kritis adalah sebuah kemampuan untuk berpikir secara rasional dan tertata yang bertujuan untuk memahami hubungan antara ide dan/atau fakta. Tujuan dari berpikir kritis yaitu mencapai pemahaman yang mendalam terhadap sesuatu. Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan untuk menganalisis fakta, mencetus dan menata gagasan, mempertahankan pendapat, membuat perbandingan, menarik kesimpulan, mengevaluasi argumen, dan pemecahan suatu permasalahan.

Program “Rantai Literasi” juga merupakan bagian memerdekakan belajar murid dengan memberikan kesempatan kepada murid untuk memahami pembelajaran sesuai dengan gaya belajar dan kodrat zaman, dimana hal ini tentu dapat melatih kepemimpinan pada murid yang pada akhirnya akan mewujudkan propil pelajar pancasila yang diantaranya adalah mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.

Program “Rantai Literasi” merupakan program yang dilakukan berdasarkan ide-ide atau suara dari murid dan diskusi bersama rekan sejawat. Program ini terdiri dari beberapa rangkaian kegiatan yang berkesinambungan dengan kegiatan sebelumnya seperti karya bersama (mading), dinding literasi, pohon literasi, dan pemanfaatan aset sekolah yaitu perpustakaan sekolah. Pada kegiatan  karya bersama (mading), merupakan kerjasama dengan rekan sejawat dimana murid dari kelas 4 dan 5 membuat karya yang kemudian secara bergiliran akan ditempel pada papan mading. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi media murid menuangkan kreatifitas dan sebagai wahana literasi diluar kelas karena ketika waktu istirahat murid bisa mengisi waktu sambil membaca karya-karya temannya. Pada kegiatan dinding literasi, murid secara berkelompok terdiri dari 4-5 orang (pengelompokan berdasarkan karakteristik murid) mendesain pemahaman belajarnya di kertas plano. Konsep desain yang disajikan murid berdasarkan kreatifitas kelompok belajar, guru memfasilitasi sarana prasarana dan sumber belajar. Kegiatan ini dilakukan diakhir setiap tema, hasil desain kemudian ditempel pada dinding belakang kelas yang sudah dipersiapkan sedemikian rupa agar terlihat menarik. Pada kegiatan pohon literasi, murid diberikan kesempatan mendesain daun yang akan digunakan untuk melengkapi pohon literasi, daun yang terbaik akan digunakan pada pohon literasi. Kegiatan membuat pohon literasi ini dilakukan disetiap akhir pembelajaran berdasarakan pemahaman murid secara individu pada materi pelajaran yang didapatnya pada hari tersebut. Diharapkan murid berani menyampaikan pemikirannya melalui bahasa tulis tanpa takut salah atas apa yang ditulisnya. Kegiatan kunjungan perpustakaan sekolah juga merupakan rangkaian dari “Rantai Literasi”. Murid diberikan kesempatan meningkatkan minat baca dan wawasannya terhadap berbabai bacaan sesuai dengan minatnya. Pada kegiatan ini, murid diberikan tugas untuk memilih salah satu buku bacaan kemudian memberikan ulasan terkait buku yang dibacanya dan menyampaikannya di depan kelas.

Rangkaian kegiatan ynag terdapat dalam program “Rantai Literasi” tersebut tentu saja mempertimbangkan aset yang dimiliki. Selain itu beberapa alasan yang mendasari aksi nyata ini dilakukan antara lain:

ü   Meningkatkan minat membaca murid yang berdampak pada pemahaman bacaan

ü   Menumbuhkembangkan kemampuan berpikir kritis pada murid

ü   Melatih kemandirian murid dalam proses belajarnya

ü   Mengembangkan kreatifitas murid melalui karya tulis

ü   Memiliki dampak pada hasil belajar dan karakter

ü   Menjalin interaksi positif antar warga sekolah

ü   Memiliki tujuan yang berkesinambungan untuk waktu jangka panjang

Beberapa dokumentasi kegiatan dalam program “Rantai Literasi"

























































Program “Rantai Literasi” merupakan program lanjutan dari program-program sebelumnya sehingga evaluasi dari program ini dilakukan secara berkala dan bahkan sampai saat ini masih dalam proses terus berjalan. Dari evaluasi yang dilakukan memang terdapat kendala pada masing-masing kegiatan, namun kendala tersebut masih dapat diatasi. Dampak dari program ini sudah mulai terlihat meski belum merata pada setiap jenjang kelas. Secara umum ada peningkatan pada minat baca murid, kepercayaan diri, kemandirian belajar, hasil belajar, dan kerjasama antar murid maupun antar guru di lingkungan sekolah.

B.PERASAAN (FEELING)

Pada tahap perencanaan program yang berdampak pada murid, saya merasa kebingungan memilih kegiatan mana yang akan saya pilih. Ada berbagai rencana yang terlintas untuk diterapkan. Namun dengan berbagai pertimbangan yang telah dikemukakan di atas terutama pada keberlanjutan dengan program sebelumnya, efisiensi waktu, dan ketercapaian program akhirnya program ini yang saya pilih untuk dilaksanakan. Perasaan saat program ini terlaksana dan berjalan dengan kendala yang tak begitu berarti tentunya ada kelegaan dan kepuasan tersendiri. Ada rasa optimis untuk terus meningkatkan program dengan meningkatkan kolaborasi rekan sejawat, orantua murid, dan instansi terkait seperti perpustakaan daerah. 


C. PEMBELAJARAN ( FINDING) YANG DI DAPAT DARI PELAKSANAAN AKSI   NYATA.


Pembelajaran yang di dapatkan melalui aksi nyata ini yaitu untuk melakukan perubahan mulailah dari apa yang bisa dilakukan dan aset yang kita miliki. Rencana kecil namun akan berdampak besar jika dilakukan dengan terarah dan konsisten. Keterkaitan antar setiap program tentu akan mempengaruhi terwujudnya visi dan misi dari sekolah itu sendiri. Suksesnya sebuah program tidak terletak hanya pada tahap perencanaan tetapi juga pada kerjasama yang terjalin antar warga sekolah. Melalui program aksi nyata ini, saya juga menyadari pentingnya memetakan aset yang dimiliki. Salah satunya murid adalah aset yang berharga karena setiap anak memiliki potensinya masing-masing yang jika diberi kesempatan akan berkembang. Guru bukanlah hero yang dapat menolong setiap kesulitan belajar muridnya, namun guru bisa menciptakan lingkungan dan suasana belajar yang dapat meningkatkan kemandirian dan membentuk murid hingga berkembang sesuai kodratnya.

D.  PENERPAN   KEDEPAN   (FUTURE)   RENCANA     PERBAIKAN  UNTUK           PELKASANAAN DI MASA DEPAN

Program “Rantai Literasi” ini masih terus berjalan hingga saat ini dan terus dilakukan evaluasi. Recana perbaikan ke depan adalah lebih memberdayakan lagi  perpustakaan sekolah, misalnya dengan rancangan program perpustakaan sekolah yang lebih berpihak pada murid dan pengembangan minat bakat  murid. Selain itu, perencanaan kegiatan pagelaran hasil karya murid perlu dipertimbangkan sebagai bentuk apresiasi karya murid yang bisa dilakukan di akhir tahun. Agar program ini berkelanjutan dan membudaya tentu perlu adanya peningkatan kerjasama bukan hanya antar warga sekolah tetapi juga orantua murid dan masyarakat.


Komentar