Koneksi Antar Materi "Coaching"

 

Koneksi Antar Materi “Coaching”

Oleh CGP_ Juraidah, S.Pd.SD

 


A.  Coaching dalam Konteks Pendidikan

Coaching menjadi salah satu proses ‘menuntun’ belajar murid untuk mencapai kekuatan kodratnya. Sebagai seorang ‘pamong’ Guru dapat memberikan ‘tuntunan’ melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif dan efektif agar kekuatan kodrat anak terpancar dari dirinya.

Proses coaching memberikan dampak yang luar biasa pada murid, antara lain sebagai proses untuk mengaktivasi kerja otak murid, pertanyaan-pertanyaan reflektif dapat membuat murid melakukan metakognisi, dan pertanyaan-pertanyaan dalam proses coaching juga membuat murid lebih berpikir secara kritis dan mendalam sehingga murid dapat menunjukkan potensinya.

Coaching erat kaitannya dengan konsep pendidikan KHD yaitu Tut Wuri Handayani, yaitu proses coaching membuat guru dan siswa memiliki kesepahaman  yang sama tentang belajar. Proses coaching membuka ruang emansipatif bagi guru dan siswa dimana memberi peluang  bagi murid untuk menemukan kekuatan kodratnya, potensi dirinya, dan kekuatan yang dimilikinya. Proses coaching merupakan sebuah ruang perjumpaan pribadi antara guru dan murid sehingga keduanya membangun rasa percaya dalam kebebasan masing-masing. Proses coaching sebagai sebuah latihan menguatkan semangat  Tut Wuri Handayani yaitu mengikuti/mendampingi/mendorong  kekuatan kodrat murid secara holistik berdasarkan cinta kasih dan persaudaraan tanpa pamrih, tanpa keinginan menguasai dan memaksa.

 

B.  Coaching Sistem Among

Mengingat kembali filosofi Ki Hajar Dewantara dimana guru diharapkan berperan sebagai penuntun bagi anak-anak didiknya, maka guru perlu memahami proses pendekatan komunikasi Coaching ini agar selaras dengan proses among yang menjadi keseharian guru. Pendampingan yang kita lakukan bagi anak-anak didik kita, seyogyanya memberikan arti dalam proses tumbuh kembang sehingga para coachee mengalami proses yang bermakna dari setiap langkah TIRTA yang dijalani dan potensi mereka tergali dengan optimal. Selain itu, coaching juga merupakan bagian dari budaya positif yang pelaksanaanya juga melibatkan pendapat siswa, rekan sejawat, kepala sekolah, orang tua siswa dan masayarakat sekitar sekolah. Hal tersebut sejalan dengan konsep tri pusat pendidikan yaitu keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat. 

Pendampingan coaching dengan sistem among menganggap bahwa dalam proses coaching, seorang coach memposisikan coachee sebagai mitra dan menghormati setiap apa yang dikomunikasikan,  memberikan tanggapan positif dari apa yang disampaikan. Apresiasi merupakan nilai yang terkandung dalam komunikasi yang memberdayakan. Didasarai bahwa setipa tindakan dalam pendidikan memiliki tujuan yang ingin dicapai, maka proses coaching dilakukan sebagai pendampingan bagi coachee dalam menemukan solusi dan menggali potensi yang ada dalam diri, yang kemudian dituangkan dalam sebuah tindakan  sebagai bentuk tanggung jawab (TIRTA). Pada saat sesi coaching, seorang coach hendaknya tulus memberikan waktu dan diri seutuhnya  dalam melakukan  proses coaching. Dalam proses coaching, seorang  coach menuntun agar coachee dapat menggali, memetakan situasinya sehingga menghasilkan  pemikiran atau ide-ide baru atas situasi yang sedang dihadapi.

Pada pembelajaran berdiferensiasi menunjukkan betapa guru begitu memahami karaktersitik muridnya serta segala potensi muridnya, sedangkan dalam pembelajaran sosial emosional guru menuntun dengan penuh kesadaran kompetensi sosial emosional murid yaitu mengenali emosi diri, pengendalian emosi, kepedulian sosial, keterampilan relasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Konsep yang terdapat pada coaching sejalan dengan kompetensi yang dikembangkan dalam pemebelajaran berdiferensiasi dan sosial emosional, dimana coaching adalah cara guru dalam membangun komunikasi yang memberdayakan segala potensi murid sehingga murid secara sadar mampu mengatasi permasalahan dan situasi yang dihadapinya dengan olah pikir, olah rasa, olah karsa, dan olah budi.

 

C.  Refleksi Pemahaman Coaching dalam Menjalankan Profesi Guru

Guru adalah bidang  profesi sehingga guru dituntut untuk memiliki keterampilan atau keahlian untuk menjalankan tugasnya. Tugas guru membuat ia sering melakukan interaksi misalnya dengan murid, rekan sejawat, kepala sekolah, orang tua murid, masyarakat, dan para stakeholder. Gaya komunikasi sangat mempengaruhi sebuah interaksi sosial, oleh karena itu gaya komunikasi yang baik akan sangat mendukung guru dalam menjalankan tugas-tugasnya, sebaliknya buruknya komunikasi guru dapat merusak interaksi yang dilakukannya yang tentu saja akan berpengaruh pada pencapaian tujuan pendidikan itu sendiri.

  Dalam menjalankan pendidikan yang berpihak pada murid tentu saja memahami keterampilan coaching sangat membantu guru dalam menjalin komunikasi yang memberdayakan antar warga sekolah yang pada akhirnya akan menciptakan budaya positif di lingkungan sekolah. Keterampilan yang dibutuhkan dalam membangun komunikasi yang memberdayakan antara lain:

1.   Komunikasi Asertif

Dalam komunikasi asertif ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu memahami gaya komunikasi manusia, komunikasi untuk membangun relasi (memunculkan rasa nyaman dan percaya), menyamakan posisi diri dengan lawan bicara, membangun ‘respect’ yaitu sikap mampu  berkomunikasi dengan jujur dan tegas, namun tetap menjaga dan menghargai perasaan orang lain.

2.   Pendengar yang aktif

Kata mendengar dan mendengarkan sepintas memiliki makna yang sama padahal terdapat perbedaan antara kegiatan yang dilakukan secara tidak sengaja dan dengan kesengajaan. Coaching melibatkan kegiatan mendengarkan dimana coach secara sadar dan sengaja menghadirkan dirinya secara utuh dalam kegiatan coaching karena bertujuan untuk memahami apa yang didengarnya. 

3.   Bertanya efektif

Dengan pertanyaan yang efektif maka akan membuat adanya keterbukaan antara coach dan coachee, pembicaraan tidak menyimpang dari tujuan yang ingin dicapai, membuat cochee dapat merefleksi apa yang sudah dilakukkannya, mengukur pemahaman, dapat mengeksplor potensi coachee, dan dapat mampu menggali rencana aksi coachee itu sendiri.

4.   Umpan balik positif

Membangun komunikasi yang memberdayakan juga dituntut coach mampu memberikan respon yang positif atas apa yang didengarnya dari coachee sehingga coachee merasa mendapatkan dukungan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini